Inikah lelah? Saat detik, jam, hari, bahkan tahun hanyalah
sebuah hitungan penjumlahan (+) yang tanpa hasil.
Tanda tanya (?) setelah kata “lelah” bukan berarti bertanya.
Tolong yakinkan, tahun mana yang harus aku berhentikan agar semua penjumlahan
bilangan waktu yang aku hitung memperoleh hasil yang jelas. Aku akan tahu
apakah hasilnya negatif, positif, pecahan, atau desimal. Sepertinya aku lelah
menghitung waktu yang tanpa ujung ini. Aku lelah menghapus sama dengan (=), ku
kira tanda tambah (+) berhenti di hari kemarin, hari ini, seterusnya dan
seterusnya. Ku kira waktu tunggu ku selayaknya pasien yang sedang menunggu
giliran pemeriksaan dokter. Hanya membutuhkan beberapa menit, menunggu antrian
sebentar. Ternyata hingga bertahun-tahun ini, aku masih menunggu. Aku bukan
lagi pasien sakit yang sedang menunggu antrian agar sembuh. Aku hanya
berpura-pura sakit, namun akhirnya sakit akibat terlalu lama menunggu.
Aku lelah bermain petak umpet. Aku bukan pencari yang handal
untuk pesembunyi ulung sepertimu. Kau pintar sekali mengatur dan menyimpan
ruang persembunyian dengan rapi. Sangat
sulit mencari persembunyianmu di tengah keramaian manusia, kebisingan kota,
kesunyian desa, bahkan bisa saja kau bersembunyi di tempat yang sebenarnya aku
kenal tapi menjadi asing untuk ku. Apakah aku terlalu jauh menjamah ruang?
Dan lagi, tanda tanya (?) setelah kata “ruang” bukan berarti
bertanya. Tolong beritahu, ruang mana yang seharusnya menjadi tempat
persembunyianmu. Biar ku jamah, biar ku cari dengan rapi dan teliti.
Sudah berkali-kali ku buat denah untuk mencari, sendiri. Dan
berkali-kali pula ku ganti kursi yang usang untuk menunggu, sendiri. Sudahkah
lelah untuk bersembunyi?
Sama seperti yang ku katakan sebelumnya, tanda tanya selelah
kata “bersembunyi” bukan berarti bertanya. Tolong berhenti sembunyi, aku lelah
menjumlah (+), aku merindukan sama dengan (=).
(+): menunggu
(=): titik temu
*yang mengerti yang ada di dalamnya...